Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya
Unhas)
ABSTRAK
Tulisan ini
mencoba memberi gambaran singkat tentang arti pentingnya perpustakaan dalam
merealisasikan pendidikan Islam untuk para anggotanya/ pemustaka, agar setiap pemustaka
tersebut mampu untuk membuat keputusan untuk menjadi lebih baik, lebih dewasa.
Intinya, dengan pendidikan Islam di perpustakaan, akan membuat setiap
individu yang rajin berkunjung ke perpustakaan akan memiliki sikap yang comprehensive (lengkap) mencakup semua
aspek, terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh, yang
mengandung nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya secara selaras, seimbang,
dan dinamis.
Kata Kunci: Perpustakaan; Pendidikan
Islam
I. PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Perpustakaan sebagai gudang ilmu harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran oleh peserta didik termasuk mahasiswa
relevan dengan Al-Qur’an yang mengajarkan bahwa kemajuan umat manusia terjadi
melalui proses pembelajaran. Sebenarnya seluruh pandangan filosofis dari
Al-Qur’an didasarkan atas proses belajar, yang mengangkat derajat manusia.
Perintah pertama dari Allah kepada manusia adalah belajar. Allah berfirman
dalam Q.S. al-A‘laq/96: 1-5: yang terjemahannya:
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[1]
Wahyu
yang paling pertama diturunkan di atas memerintahkan agar membaca dan mencari
ilmu pengetahuan. Firman Allah tersebut jelas menunjukkan bahwa Allah
menghendaki manusia agar belajar untuk membuka semua pintu kemajuan sampai tak
terbatas luasnya.
Inilah yang mendasari pertimbangan Perpustakaan sebagai wahana
belajar sepanjang hayat harus mampu mengembangkan potensi masyarakat agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Belajar merupakan jendela dunia
karena dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal. Penekanan pentingnya
belajar, Allah berfirman dalam Q.S. al-Zumar/39: 9, yang terjemahannya:
Katakanlah, "Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.[2]
Jawaban pertanyaan Allah ini
tercantum dalam Q.S. al-Muja>dilah/58: 11, yang terjemahannya:
Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.[3]
Proses pembelajaran di lembaga
pendidikan (termasuk sekolah, universitas) merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak
tergantung dari proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Belajar
merupakan kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
Pada dasarnya, penyelenggaraan Perpustakaan melibatkan berbagai kompo-nen yang berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Dalam kenyataannya, berfungsinya proses
penyelenggaraan Perpustakaan tergantung pada kualitas dan kuantitas
komponen manusiawi, fasilitas, dana, dan perlengkapan pendidikan. Dalam kaitan
ini, pengaruh tingkat partisipasi masyarakat sangat diperlukan karena hubungan
tingkat partisipasi masyarakat dengan kualitas proses penyelenggaraan Perpustakaan pada lembaga pendidikan menuntut adanya
jalinan hubungan yang harmonis. Jalinan hubungan yang dimaksud, realisasinya
bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk dan jalinan. Dalam hubungan ini, sangat
diperlukan persepsi yang benar dan tanggung jawab masyarakat terhadap
keberadaan lembaga pendidikan, mengingat pendidikan merupakan kebutuhan dasar
manusia (fitrah), di dalamnya tercakup sistem spritual, intelektual yang
linear, nilai-nilai, dan karakter yang saling berhubungan secara fungsional,
Q.S. al-Nah}l/16: 78, yang terjemahannya:
Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.[4]
Sebagai lembaga pendidikan, Perpustakaan Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan
jantung universitas yang menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat). Dalam penyelengga-raan Perpustakaan didasari oleh eksistensialisme dan esessialisme.
Filosofi eksistensialisme dan esessialisme berkeyakinan bahwa
pendidikan harus menyubur-kan dan mengembangkan eksistensi peserta didik
seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,
kreatif, inovatif untuk mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik
secara terus-menerus sepanjang hayat.
Esensi Islam mengisyaratkan
bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan
individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya baik
lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi,
pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing
secara internasional, dengan tetap menjadikan Perpustakaan
sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa.
Dalam mengaktualkan kedua
filosofi di atas maka empat pilar pendidikan, yaitu learning to know,
learning to do, learning to live together, dan learning to be
merupakan patokan berharga bagi penyelarasan penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, mulai dari kurikulum, tenaga pengajar, proses pembelajaran, sarana,
dan prasarananya sampai penilaiannya. Jadi, pembelajaran tidaklah sekadar
memperke-nalkan nilai, tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan
mendorong penerapan nilai yang dilakukan secara menyeluruh dan bersinambungan
termasuk menjadikan peserta didik percaya diri. Empat pilar di atas untuk
mengantisipasi perubahan yang mungkin akan terjadi dalam masyarakat global.
Keempat kemampuan ini dimulai dari belajar untuk mengetahui, setelah dapat belajar
untuk mengetahui, diharapkan peserta didik dapat menerapkannya (learning to
do).
B.
Permasalahan:
1. Mengapa Perpustakaan sebagai sarana pendidikan Islam?
2. Apa tantangan pendidikan masa depan?
3. Apa pengaruh Perpustakaan terhadap perkembangan masyarakat?
II. PEMBAHASAN
A. Perpustakaan sebagai Sarana Pendidikan Islam
Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia juga rawan konflik,
termasuk civitas akademika Unhas. Tentu saja kondisi, seperti itu tidak
dibiarkan berjalan terus. Sesungguhnya konflik tidak dapat dihilangkan sama
sekali karena unsur perbedaan diantara manusia juga tidak bisa dihilangkan. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan dari
padanya adalah pemantapan nilai-nilai pendidikan Islam. Pendidikan Islam
dianggap memiliki berbagai macam peranan yang handal yang dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi pengaruh negatif dari kemajemukan bangsa ini, termasuk
menanamkan pendidikan Islam pada pemustaka/pengguna Perpustakaan agar dapat mengambil keputusan menjadi
lebih baik.
Dari uraian di
atas, diantara alasan-alasan penyebab setiap pemustaka ditanamkan pendidikan Islam di Perpustakaan, yaitu:
a.
Dalam
tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi
tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap
berlanjut dan terpelihara.
b.
Dalam
kehidupan manusia sebagai individu, memiliki kecendrungan untuk dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin.
c.
Konvergensi dari kedua tuntutan di atas yang mengaplikasikanya
adalah lewat pendidikan.
d.
Perpustakaan harus
merupakan agen sosialisasi yang utama. Di situlah ditanamkan
nilai, norma serta harapan-harapan dari masyarakat terhadap seseorang. Disitu
pula mahasiswa belajar kontrol diri.
e.
Perpustakaan adalah tempat dimana orang mempelajari
prinsip-prinsip, yang akan mendasari perilakunya sebagai warga masyarakat.
Perlunya pendidikan Islam di Perpustakaan adalah agar setiap mahasiswa sebagai anggota kelompok masyarakat
terkecil mampu menyelesaikan setiap masalah. Masalah-masalah yang dimaksud di
sini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap yang berkembang dalam kelompok,
sikap-sikap itu sering mempengaruhi interaksi antar kelompok dalam masyarakat
majemuk. Sikap-sikap itu adalah :
1)
Sikap solidaritas
buta, yaitu sikap yang muncul karena keakraban dalam kelompok cukup kuat,
selain itu kelompok sangat berarti bagi individu untuk menemukan rasa aman dari
segala aspek hidupnya. Karena itu, individu senantiasa berusaha membela
kelompoknya dengan cara apapun.
2)
Sikap ethnosentrisme,
yaitu sikap yang selalu mengutamakan kelompok sendiri. Kelompok sendiri selalu
lebih baik dari kelompok yang lain. Akibat dari sikap ini timbul sikap-sikap,
seperti kecurigaan, kurang bergaul dengan kelompok lain, dan merendahkan orang
kelompok lain.
3)
Sikap partikularis.
Sikap ini membuat orang selalu memperhatikan serta mengutamakan orang-orang
yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya.
4)
Sikap eksklusif,
yaitu satu sikap yang memisahkan diri orang lain atau dari kelompok-kelompok
lain.
5)
Adanya
kelompok mayoritas yang mendominasi serta melakukan deskriminasi terhadap
kelompok minoritas.
Peran
penerapan pendidikan Islam di Perpustakaan meliputi:
a.
Metode
pendidikan dalam rangka pendidikan Islam, sangat banyak terpengaruh oleh
prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi. Islam telah menyerukan adanya prinsip
persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar sehingga terbukalah jalan yang
mudah untuk belajar bagi semua orang tanpa perbedaan antara sikaya dan
simiskin, tinggi atau rendahnya kedudukan sosial.
b.
Seperti
yang sudah disebutkan di atas bahwa banyak masalah yang ditimbulkan oleh adanya
kesetiakawanan yang bersifat buta antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Peran nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu mengembangkan sikap-sikap komunikasi
dan silaturrahmi, dengan kesediaan diri untuk mau mengerti dan mau belajar
dengan pihak lain.
c.
Sikap ethnosentris
sering melahirkan sikap-sikap, seperti prasangka, curiga, stereotip, dan
sebagainya antara kelompok dalam masyarakat pluralistik. Menghadapi
sikap-sikap, seperti itu peran pendidikan
Islam adalah
mengembangkan sikap saling memahami, saling mengenal, mengerti, dan komunikasi.
Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an perbuatan merendahkan antara yang satu
dengan yang lain dilarang, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.
al-H{ujura>t/49: 11. Di dalam penerapan pendidikan Islam juga tidak luput dari anjuran
musyawarah, saling mendengar pendapat masing-masing dan mengambil mana yang
paling baik, seperti dalam Q.S. al-Zumar/39: 18, sehingga dengan perbuatan,
seperti itu membuat orang saling mengenal, mengerti, dan saling menghargai,
inilah mendasari sehingga pengguna Perpustakaan
dapat mengambil manfaat dari pendidikan Islam di Perpustakaan Unhas.
d.
Interaksi
dalam masyarakat majemuk sering diwarnai oleh pola yang partikularis.
Orang-orang cenderung memperhatikan orang-orang yang mempunyai hubungan khusus
dengannya. Pilihan-pilihan partner interaksi adalah orang-orang yang
sedaerah, sekelas, seorganisasi, dan sebagainya. Di sini peran pendidikan Islam diharapkan mengembangkan sikap universal.
Pemustaka dibiasakan bergaul dengan siapa saja diluar dari kelompok
partikularnya.
e.
Pendidikan
Islam di Perpustakaan diterapkan agar dapat mempersatukan dan
memperkuat kebudayaan bangsa, menumbuhkan semangat kebangsaan yang sehat, kuat,
dan pelajarannya bersumber pada agama, adat istiadat kesusilaan, dan
sebagainya. Pengajaran yang bersumber pada agama Islam hendaknya digunakan
untuk mengisi adab kesusilaan, dengan harapan nantinya pengguna Perpustakaan dapat terbangun rasa penghargaan, cinta, dan
keinsyafan terhadap semua agama, terutama agama Islam.
f.
Peran pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang
tinggi dengan penuh perhatian berusaha menanamkan akhlak yang mulia, meresapkan
keutamaan-keutamaan dalam jiwa pemustaka, membiasakan mereka berpegang pada
moral yang tinggi dan menghindarkan
hal-hal yang tercela, berpikir secara rohaniah dan insaniah, serta
menggunakan waktu untuk belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan,
serta tidak lupa berdo’a sebelum memulai pembelajaran tersebut.
Pendekatan pendidikan Islam yang dicanangkan
dalam Perpustakaan berlangsung melalui
proses operasional menuju pada tujuan yang diinginkan, memerlukan model yang
konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moral-spritual dan intelektual yang
melandasinya, sebagaimana yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad saw. pendidikan Islam pada Perpustakaan tersebut dapat diaktualisasikan
berdasarkan kebutuhan dan perkembangan IPTEK yang dipadukan dengan pengaruh
lingkungan kultural yang ada sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pengguna Perpustakaan disegala
aspek kehidupannya.
Salah satu sumber belajar di Unhas yang amat penting adalah Perpustakaan yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan
peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam
pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan.
Prinsip di atas, relevan dengan
Al-Qur’an yang mengajarkan bahwa kemajuan umat manusia terjadi melalui proses
pembelajaran. Sebenarnya seluruh pandangan filosofis dari Al-Qur’an didasarkan
atas proses belajar, yang mengangkat derajat manusia. Perintah pertama dari
Allah kepada manusia adalah belajar, seperti dalam Q.S. al-A‘laq/96: 1-5.
Inilah yang mendasari pertimbangan Perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat harus mampu
mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam
mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Intinya, Perpustakaan berfungsi
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Perpustakaan
berperan dalam mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya,
nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan. Dengan pendidikan Islam diharapkan berikut :
1. Sikap Toleransi
Toleransi atau tasamuh, artinya
membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan, saling memudahkan. Toleransi
dapat juga diartikan “sikap menghargai”
Jadi, bisa disimpulkan toleransi
adalah sikap menghargai antar sesama umat manusia untuk memberi kebebasan
pendapat, berlaku sabar, sikap lapang dada yang diwujudkan dalam kehidupan
beragama, berbangsa, dan bernegara.
2.
Sikap Penghargaan
Kemajemukan (pluralisme)
Pluralisme adalah sistem nilai
yang memandang secara positif–optimis terhadap kemajemukan, dengan menerimanya
sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar kenyataan itu.
3. Sikap Pengembangan Fitrah
Manusia
Pendidikan Islam memberi
kebebasan untuk memilih, berarti kebebasan merupakan syarat mutlak untuk
mengembangkan potensi fitrah manusia serta kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan.
Dengan demikian, pendidikan Islam pada Perpustakaan
akan membuat setiap individu yang rajin berkunjung ke Perpustakaan akan memiliki sikap yang comprehensive
(lengkap) mencakup semua aspek, terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang
bulat dan utuh, yang mengandung nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya secara
selaras, seimbang, dan dinamis.
B.
Tantangan Pendidikan Masa Depan
Tantangan pendidikan masa depan
adalah mengupayakan pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur
hidup (life long learning). Kehidupan masa depan akan semakin kompleks
dan ditandai oleh perubahan sosial yang semakin cepat. Menghadapi tantangan
perubahan sosial yang semakin cepat, pendidikan masa depan perlu sejak dini
melatih peserta didik untuk mampu belajar secara mandiri dengan memupuk sikap
gemar membaca, mencari, dan memanfaatkan sumber informasi yang diperlukan untuk
dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Berkaitan hal ini, juga
menjadi penting pembelajaran dengan model melatih peserta didik merumuskan,
memecahkan, dan mengantisipasi munculnya masalah dan bukan menekankan pada
hafalan.
Tantangan pendidikan yang terkait
dengan perubahan sosial yang semakin cepat adalah tantangan yang menyangkut
pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat, yang kadang-kadang juga membawa krisis
nilai. Oleh sebab itu, perlu terlaksananya pendidikan dengan mengupayakan
pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan bagian integral kegiatan
pendidikan karena pendidikan pada dasarnya melibatkan pembentukan sikap, watak,
dan kepribadian peserta didik. Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan
pribadi yang cerdas dan terampil, tetapi juga pribadi yang berbudi pekerti
luhur.
Pergeseran nilai-nilai sebagai
dampak perubahan sosial dalam masyarakat modern, sekarang pun sudah terasa.
Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang oleh kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi menghadapkan manusia pada kemajemukan dan perbedaan
sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan antar budaya
dengan budaya lain termasuk sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan
krisis nilai.
Pendidikan selalu diarahkan
untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam pengembangan ini,
tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia di dalam hidupnya.
Jadi, apa yang ingin dikembangkan merupakan apa yang dapat dimanfaatkan dari
arah pengembangan itu sendiri. Pendidikan tidak bisa lepas dari efek-efek luar
yang saling mempengaruhi keberadaannya, terutama bagi masyarakar sekitarnya,
yang mempunyai hubungan saling ketergantungan.
Pendidikan
dengan Perpustakaan terdapat hubungan yang erat dan saling terkait
satu sama lain. Pada dasarnya Perpustakaan
memiliki koleksi untuk selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Setiap koleksi tersebut
memiliki manfaat yang akan membentuk karakter peserta didik memiliki identitas
sendiri sesuai dengan pengalaman budaya dan perbendaharaan alamiahnya. Peserta
didik sebagai satu totalitas memiliki physical environment (lingkungan
alamiah, benda-benda, iklim, kekayaan material), dan social environment
(manusia, kebudayaan, dan nilai-nilai agama), sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan budaya.
C.
Pengaruh Perpustakaan terhadap Perkembangan Masyarakat
Secara garis besar pengaruh Perpustakaan
terhadap perkembangan masyarakat di
lingkungannya.
- Mencerdaskan Kehidupan Masyarakat
Tidak bisa dipungkiri bahwa
tingkat kecerdasan masyarakat sedikit banyak dapat dikembangkan melalui
pemanfaatan Perpustakaan sebagai gudang ilmu. Berkenaan dengan
kenyataan ini, secara historis tentang Perpustakaan
selalu menjadi isi dan arah dari program
pendidikan. Membaca, menulis, mencari literatur, dan pengetahuan umum,
merupakan kegiatan utama peserta didik di Perpustakaan
, dalam
upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa.
Peran yang dimainkan oleh Perpustakaan terutama pada jalur pendidikan di dalam intelegensi
atau kecerdasan peserta didik, secara langsung bisa dipandang sebagai
kontribusi lembaga pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat dan
bangsa sebab peserta didik setelah keluar dari lembaga pendidikan akan kembali
dan menjadi warga masyarakat.
Peran tersebut, pada dasarnya
sangat menentukan bagi masyarakat, terutama dalam rangka menanggulangi dan
memecahkan aneka ragam masalah yang dihadapi masyarakat tersebut. Tanpa
kecerdasan yang memadai di kalangan warga masyarakat, sesuatu masalah atau
tantangan kehidupan yang sesungguhnya sangat sederhana akan dihadapi sebagai
sesuatu yang sulit dan rumit. Sebaliknya, sesuatu masalah atau tantangan
kehidupan yang bagaimanapun sulit dan rumitnya, sangat mungkin dirasakan
sederhana oleh para warga masyarakat yang berpendidikan dan memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi.
Realitas membuktikan bahwa di
dalam kehidupan masyarakat, tantangan demi tantangan selalu merambah kehidupan
warganya, arus tantangan tersebut akan semakin deras dan berat seirama dengan
perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Orientasi dan Tujuan Pendidikan
Suatu masyarakat dengan segala
dinamikanya senantiasa membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan.
Ini wajar karena lembaga pendidikan termasuk Perpustakaan
merupakan lembaga yang dibentuk dari, oleh,
dan untuk masyarakat.
Arah program pendidikan
biasanya tercermin di dalam kurikulum, dalam kenyataannya selalu terjadi
perubahan-perubahan di dalam suatu jangka tertentu.[5]
Adanya perubahan-perubahan tersebut tampaknya tidak bisa dielakkan sebab
pertumbuhan dan perkembangan memang memunculkan orientasi-orientasi dan
tujuan-tujuan yang baru. Munculnya orientasi dan tujuan baru yang berkembang di
dalam masyarakat baik secara mikro, maupun makro akan berpengaruh dan menjadi
perhatian lembaga pendidikan.
Sebagai bukti bahwa identitas
suatu masyarakat berpengaruh terhadap program pendidikan adalah dengan
berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing negara. Setiap
negara mempunyai karakteristik tersendiri di dalam orientasi dan tujuan
pendidikannya. Pengaruh pertumbuhan dan perkembangan masyarakat juga terlihat
dalam perubahan orientasi dan tujuan pendidikan dari suatu periode tertentu dengan
periode berikutnya. Oleh karena itu, dalam realitasnya tidak pernah terdapat
kurikulum pendidikan yang berlaku permanen, kurikulum akan semakin dinilai,
disempurnakan, serta disesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat yang
terjadi. Begitu juga perkembangan masyarakat sangat berpengaruh terhadap
persoalan orientasi pada kualitas dan pemerataan yang selalu jadi tuntutan.
3.
Proses Pendidikan
Pengaruh
masyarakat di bidang sosial budaya dan partisipasinya membawa pengaruh terhadap
berlangsungnya proses pendidikan di lembaga pendidikan. Dalam realitas sosial
budaya, masyarakat mempunyai mentalitas modern atau sebaliknya, semua
berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung pada lembaga
pendidikan. Komponen-komponen manusiawi yang terdapat di lembaga pendidikan
hidup dan diwarnai oleh nilai-nilai sosial budaya di lingkungan masyarakatnya.
Tujuan pendidikan Islam di Perpustakaan mengandung pengertian, arah atau maksud
yang hendak dicapai melalui upaya atau
aktivitas. Dengan adanya tujuan, semua aktivitas dan gerak manusia menjadi
terarah dan bermakna. Dengan demikian, seluruh karya dan juga karsa manusia
harus memiliki orientasi tertentu, sehingga sebagai pengguna Perpustakaan mampu berjalan secara teratur dan dinamis.
Secara umum, tujuan pendidikan Islam di Perpustakaan adalah dengan mengacu pada Q.S.
al-Z|a>riya>t/51: 56, yaitu menjadikan manusia sebagai insan pengabdi
kepada khaliknya guna mampu membangun dunia dan membangun alam semesta sesuai
dengan konsep yang telah ditetapkan Allah.
Dari
sini terlihat bahwa pendidikan Islam lebih berorientasi kepada
nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus di internalisasikan ke dalam diri
individu melalui proses pendidikan. Dengan penanaman nilai ini, diharapkan
pendidikan Islam mampu mengantarkan, membimbing peserta didik (mahasiswa) untuk
melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Perpustakaan sebagai sarana pendidikan Islam perlu
direalisasikan agar setiap pemustaka sebagai anggota
kelompok masyarakat terkecil mampu menyelesaikan setiap masalah, mampu mengambil
keputusan untuk hal-hal yang baik secara cepat, tepat, dan bermanfaat.
2.
Tantangan
pendidikan masa depan adalah mengupayakan pendidikan yang membentuk pribadi yang
mampu belajar seumur hidup (life long learning). Tantangan pendidikan
yang terkait dengan perubahan sosial yang semakin cepat adalah tantangan yang
menyangkut pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat, yang kadang-kadang juga
membawa krisis nilai. Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi
yang cerdas dan terampil, tetapi juga pribadi yang berbudi pekerti luhur.
3.
Pengaruh perpustakaan terhadap perkembangan masyarakat adalah untuk
mencerdaskan kehidupan masyarakat, membawa pengaruh terhadap orientasi
tujuan pendidikan, dan proses pendidikan.
DAFTAR BACAAN
Bochari,
Mochtar. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1994.
Danim,
Sudarwan. Pengantar Kependidikan: Landasan, teori, dan 234 Metafora Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Darmaningtyas.
Pendidikan pada dan Setelah Krisis: Evaluasi Pendidikan pada Masa Krisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Djiwandono,
Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Cet. 3; Jakarta: Grasindo, 2006.
Departemen
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, 2002.
------------.
Himpunan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen
Binbaga Islam, 1991/1992.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1999.
Idris, Zahara. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung:
Angkasa, 1981.
Jabatan
Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M.PAN/12/2002, dan Keputusan Bersama
Kepala Perpustakaan Nasional RI, dan
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 23 tahun 2003, dan No. 21
Tahun 2003. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2003.
Joesoef, Soelaiman. Konsep Dasar
Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
----------, dan
Slamet Santoso. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
Kasnawi, M. Tahir, dan Sulaiman Asang, Perubahan
sosial, dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2009.
Lengrand. An Introduction to Life
Long Education. Paris: UNESCO, 1970.
Rohmat, Mulyana. Mengartikulasi
Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabet, 2004.
Republik Indonesia. ”Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) No. 136/KEP/M.PAN/12/2002 tentang
Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya” Jakarta: Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara, 2002.
----------. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.
----------. Garis-garis Besar Haluan Negara, Bab IV,
Bagian Pendidikan.
----------. UUD 1945 dan Amandemennya.
Tilaar, H.A.R. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Tim
Dosen FIP IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya:
Usaha Nasional, 1988.
Thoha,
Miftah. Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. Yogyakarta: Media Widya
Mandala, 1991.
Vembriarto, St. Kapita
Selekta Pendidikan. Yogyakarta:
Yayasan Pendidikan Paramita, 1981.
[1]Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 2002), h. 904.
[2]Departemen Agama RI, op. cit.,
h. 659.
[4]Departemen Agama RI, op. cit.,
h. 375.
[5]Biasanya hal-hal yang dianggap sangat
berpengaruh terhadap perubahan kurikulum adalah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pertumbuhan penduduk, dan masalah politik suatu bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar