Senin, 05 Januari 2015

PERPUSTAKAAN : PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

ABSTRAK

Tulisan ini mencoba memberi gambaran singkat tentang arti pentingnya perpustakaan dalam merealisasikan pendidikan Islam untuk para anggotanya/ pemustaka, agar setiap pemustaka tersebut mampu untuk membuat keputusan untuk menjadi lebih baik, lebih dewasa.
Intinya, dengan pendidikan Islam di perpustakaan, akan membuat setiap individu yang rajin berkunjung ke perpustakaan akan memiliki sikap yang comprehensive (lengkap) mencakup semua aspek, terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh, yang mengandung nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya secara selaras, seimbang, dan dinamis.


Kata Kunci: Perpustakaan; Pendidikan Islam


I. PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Perpustakaan  sebagai gudang ilmu harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran oleh peserta didik termasuk mahasiswa relevan dengan Al-Qur’an yang mengajarkan bahwa kemajuan umat manusia terjadi melalui proses pembelajaran. Sebenarnya seluruh pandangan filosofis dari Al-Qur’an didasarkan atas proses belajar, yang mengangkat derajat manusia. Perintah pertama dari Allah kepada manusia adalah belajar. Allah berfirman dalam Q.S. al-A‘laq/96: 1-5: yang terjemahannya:
 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[1]
 Wahyu yang paling pertama diturunkan di atas memerintahkan agar membaca dan mencari ilmu pengetahuan. Firman Allah tersebut jelas menunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia agar belajar untuk membuka semua pintu kemajuan sampai tak terbatas luasnya.
Inilah yang mendasari pertimbangan Perpustakaan  sebagai wahana belajar sepanjang hayat harus mampu mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional.
Belajar merupakan jendela dunia karena dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal. Penekanan pentingnya belajar, Allah berfirman dalam Q.S. al-Zumar/39: 9, yang terjemahannya:
 
Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.[2]

Jawaban pertanyaan Allah ini tercantum dalam Q.S. al-Muja>dilah/58: 11, yang terjemahannya:

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.[3]
Proses pembelajaran di lembaga pendidikan (termasuk sekolah, universitas) merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak tergantung dari proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Belajar merupakan kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
Pada dasarnya, penyelenggaraan Perpustakaan  melibatkan berbagai kompo-nen yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan. Dalam kenyataannya, berfungsinya proses penyelenggaraan Perpustakaan  tergantung pada kualitas dan kuantitas komponen manusiawi, fasilitas, dana, dan perlengkapan pendidikan. Dalam kaitan ini, pengaruh tingkat partisipasi masyarakat sangat diperlukan karena hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan kualitas proses penyelenggaraan Perpustakaan  pada lembaga pendidikan menuntut adanya jalinan hubungan yang harmonis. Jalinan hubungan yang dimaksud, realisasinya bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk dan jalinan. Dalam hubungan ini, sangat diperlukan persepsi yang benar dan tanggung jawab masyarakat terhadap keberadaan lembaga pendidikan, mengingat pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia (fitrah), di dalamnya tercakup sistem spritual, intelektual yang linear, nilai-nilai, dan karakter yang saling berhubungan secara fungsional, Q.S. al-Nah}l/16: 78, yang terjemahannya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.[4]

Sebagai lembaga pendidikan, Perpustakaan  Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan jantung universitas yang menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat). Dalam penyelengga-raan Perpustakaan  didasari oleh eksistensialisme dan esessialisme. Filosofi eksistensialisme dan esessialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyubur-kan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif untuk mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik secara terus-menerus sepanjang hayat.
Esensi Islam mengisyaratkan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional, dengan tetap menjadikan Perpustakaan  sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa.
Dalam mengaktualkan kedua filosofi di atas maka empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, tenaga pengajar, proses pembelajaran, sarana, dan prasarananya sampai penilaiannya. Jadi, pembelajaran tidaklah sekadar memperke-nalkan nilai, tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong penerapan nilai yang dilakukan secara menyeluruh dan bersinambungan termasuk menjadikan peserta didik percaya diri. Empat pilar di atas untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin akan terjadi dalam masyarakat global. Keempat kemampuan ini dimulai dari belajar untuk mengetahui, setelah dapat belajar untuk mengetahui, diharapkan peserta didik dapat menerapkannya (learning to do).
B. Permasalahan:
1. Mengapa Perpustakaan  sebagai sarana pendidikan Islam?
2. Apa tantangan pendidikan masa depan?
3. Apa pengaruh Perpustakaan  terhadap perkembangan masyarakat?

II. PEMBAHASAN
A. Perpustakaan  sebagai Sarana Pendidikan Islam
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia juga rawan konflik, termasuk civitas akademika Unhas. Tentu saja kondisi, seperti itu tidak dibiarkan berjalan terus. Sesungguhnya konflik tidak dapat dihilangkan sama sekali karena unsur perbedaan diantara manusia juga tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan dari padanya adalah pemantapan nilai-nilai pendidikan Islam. Pendidikan Islam dianggap memiliki berbagai macam peranan yang handal yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pengaruh negatif dari kemajemukan bangsa ini, termasuk menanamkan pendidikan Islam pada pemustaka/pengguna Perpustakaan agar dapat mengambil keputusan menjadi lebih baik.
Dari uraian di atas, diantara alasan-alasan penyebab setiap pemustaka ditanamkan  pendidikan Islam di Perpustakaan, yaitu:
a.       Dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara.
b.      Dalam kehidupan manusia sebagai individu, memiliki kecendrungan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin.
c.       Konvergensi dari kedua tuntutan di atas yang mengaplikasikanya adalah lewat pendidikan.
d.      Perpustakaan  harus merupakan agen sosialisasi yang utama. Di situlah ditanamkan nilai, norma serta harapan-harapan dari masyarakat terhadap seseorang. Disitu pula mahasiswa belajar kontrol diri.
e.       Perpustakaan  adalah tempat dimana orang mempelajari prinsip-prinsip, yang akan mendasari perilakunya sebagai warga masyarakat.
Perlunya pendidikan Islam di Perpustakaan adalah agar setiap mahasiswa sebagai anggota kelompok masyarakat terkecil mampu menyelesaikan setiap masalah. Masalah-masalah yang dimaksud di sini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap yang berkembang dalam kelompok, sikap-sikap itu sering mempengaruhi interaksi antar kelompok dalam masyarakat majemuk. Sikap-sikap itu adalah :
1)   Sikap solidaritas buta, yaitu sikap yang muncul karena keakraban dalam kelompok cukup kuat, selain itu kelompok sangat berarti bagi individu untuk menemukan rasa aman dari segala aspek hidupnya. Karena itu, individu senantiasa berusaha membela kelompoknya dengan cara apapun.
2)   Sikap ethnosentrisme, yaitu sikap yang selalu mengutamakan kelompok sendiri. Kelompok sendiri selalu lebih baik dari kelompok yang lain. Akibat dari sikap ini timbul sikap-sikap, seperti kecurigaan, kurang bergaul dengan kelompok lain, dan merendahkan orang kelompok lain.
3)   Sikap partikularis. Sikap ini membuat orang selalu memperhatikan serta mengutamakan orang-orang yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya.
4)   Sikap eksklusif, yaitu satu sikap yang memisahkan diri orang lain atau dari kelompok-kelompok lain.
5)   Adanya kelompok mayoritas yang mendominasi serta melakukan deskriminasi terhadap kelompok minoritas.
Peran penerapan  pendidikan Islam di Perpustakaan meliputi:
a.       Metode pendidikan dalam rangka pendidikan Islam, sangat banyak terpengaruh oleh prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi. Islam telah menyerukan adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar sehingga terbukalah jalan yang mudah untuk belajar bagi semua orang tanpa perbedaan antara sikaya dan simiskin, tinggi atau rendahnya kedudukan sosial.
b.      Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa banyak masalah yang ditimbulkan oleh adanya kesetiakawanan yang bersifat buta antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Peran nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu mengembangkan sikap-sikap komunikasi dan silaturrahmi, dengan kesediaan diri untuk mau mengerti dan mau belajar dengan pihak lain.
c.       Sikap ethnosentris sering melahirkan sikap-sikap, seperti prasangka, curiga, stereotip, dan sebagainya antara kelompok dalam masyarakat pluralistik. Menghadapi sikap-sikap, seperti itu peran pendidikan Islam adalah mengembangkan sikap saling memahami, saling mengenal, mengerti, dan komunikasi. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an perbuatan merendahkan antara yang satu dengan yang lain dilarang, seperti yang dinyatakan dalam Q.S. al-H{ujura>t/49: 11. Di dalam penerapan  pendidikan Islam juga tidak luput dari anjuran musyawarah, saling mendengar pendapat masing-masing dan mengambil mana yang paling baik, seperti dalam Q.S. al-Zumar/39: 18, sehingga dengan perbuatan, seperti itu membuat orang saling mengenal, mengerti, dan saling menghargai, inilah mendasari sehingga pengguna Perpustakaan  dapat mengambil manfaat dari  pendidikan Islam di Perpustakaan  Unhas.
d.      Interaksi dalam masyarakat majemuk sering diwarnai oleh pola yang partikularis. Orang-orang cenderung memperhatikan orang-orang yang mempunyai hubungan khusus dengannya. Pilihan-pilihan partner interaksi adalah orang-orang yang sedaerah, sekelas, seorganisasi, dan sebagainya. Di sini peran  pendidikan Islam  diharapkan mengembangkan sikap universal. Pemustaka dibiasakan bergaul dengan siapa saja diluar dari kelompok partikularnya.
e.        Pendidikan Islam di Perpustakaan diterapkan agar dapat mempersatukan dan memperkuat kebudayaan bangsa, menumbuhkan semangat kebangsaan yang sehat, kuat, dan pelajarannya bersumber pada agama, adat istiadat kesusilaan, dan sebagainya. Pengajaran yang bersumber pada agama Islam hendaknya digunakan untuk mengisi adab kesusilaan, dengan harapan nantinya pengguna Perpustakaan  dapat terbangun rasa penghargaan, cinta, dan keinsyafan terhadap semua agama, terutama agama Islam.
f.        Peran  pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang tinggi dengan penuh perhatian berusaha menanamkan akhlak yang mulia, meresapkan keutamaan-keutamaan dalam jiwa pemustaka, membiasakan mereka berpegang pada moral yang tinggi dan menghindarkan  hal-hal yang tercela, berpikir secara rohaniah dan insaniah, serta menggunakan waktu untuk belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan, serta tidak lupa berdo’a sebelum memulai pembelajaran tersebut.
Pendekatan pendidikan Islam yang dicanangkan dalam Perpustakaan berlangsung melalui proses operasional menuju pada tujuan yang diinginkan, memerlukan model yang konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moral-spritual dan intelektual yang melandasinya, sebagaimana yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad saw. pendidikan Islam pada Perpustakaan tersebut dapat diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan dan perkembangan IPTEK yang dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pengguna Perpustakaan  disegala aspek kehidupannya.
Salah satu sumber belajar di Unhas yang amat penting adalah Perpustakaan  yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan.
Prinsip di atas, relevan dengan Al-Qur’an yang mengajarkan bahwa kemajuan umat manusia terjadi melalui proses pembelajaran. Sebenarnya seluruh pandangan filosofis dari Al-Qur’an didasarkan atas proses belajar, yang mengangkat derajat manusia. Perintah pertama dari Allah kepada manusia adalah belajar, seperti dalam Q.S. al-A‘laq/96: 1-5.
Inilah yang mendasari pertimbangan Perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat harus mampu mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Intinya, Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Perpustakaan berperan dalam mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan. Dengan  pendidikan Islam diharapkan berikut :
1.    Sikap Toleransi
    Toleransi atau tasamuh, artinya membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan, saling memudahkan. Toleransi dapat juga diartikan “sikap menghargai”
Jadi, bisa disimpulkan toleransi adalah sikap menghargai antar sesama umat manusia untuk memberi kebebasan pendapat, berlaku sabar, sikap lapang dada yang diwujudkan dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
2.    Sikap Penghargaan Kemajemukan (pluralisme)
Pluralisme adalah sistem nilai yang memandang secara positif–optimis terhadap kemajemukan, dengan menerimanya sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar kenyataan itu.
3.    Sikap Pengembangan Fitrah Manusia
Pendidikan Islam memberi kebebasan untuk memilih, berarti kebebasan merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan potensi fitrah manusia serta kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan demikian,  pendidikan Islam pada Perpustakaan akan membuat setiap individu yang rajin berkunjung ke Perpustakaan  akan memiliki sikap yang comprehensive (lengkap) mencakup semua aspek, terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh, yang mengandung nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya secara selaras, seimbang, dan dinamis.
B. Tantangan Pendidikan Masa Depan
Tantangan pendidikan masa depan adalah mengupayakan pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup (life long learning). Kehidupan masa depan akan semakin kompleks dan ditandai oleh perubahan sosial yang semakin cepat. Menghadapi tantangan perubahan sosial yang semakin cepat, pendidikan masa depan perlu sejak dini melatih peserta didik untuk mampu belajar secara mandiri dengan memupuk sikap gemar membaca, mencari, dan memanfaatkan sumber informasi yang diperlukan untuk dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Berkaitan hal ini, juga menjadi penting pembelajaran dengan model melatih peserta didik merumuskan, memecahkan, dan mengantisipasi munculnya masalah dan bukan menekankan pada hafalan.
Tantangan pendidikan yang terkait dengan perubahan sosial yang semakin cepat adalah tantangan yang menyangkut pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat, yang kadang-kadang juga membawa krisis nilai. Oleh sebab itu, perlu terlaksananya pendidikan dengan mengupayakan pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan bagian integral kegiatan pendidikan karena pendidikan pada dasarnya melibatkan pembentukan sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas dan terampil, tetapi juga pribadi yang berbudi pekerti luhur.
Pergeseran nilai-nilai sebagai dampak perubahan sosial dalam masyarakat modern, sekarang pun sudah terasa. Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menghadapkan manusia pada kemajemukan dan perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan antar budaya dengan budaya lain termasuk sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan krisis nilai.
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam pengembangan ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia di dalam hidupnya. Jadi, apa yang ingin dikembangkan merupakan apa yang dapat dimanfaatkan dari arah pengembangan itu sendiri. Pendidikan tidak bisa lepas dari efek-efek luar yang saling mempengaruhi keberadaannya, terutama bagi masyarakar sekitarnya, yang mempunyai hubungan saling ketergantungan.
Pendidikan dengan Perpustakaan  terdapat hubungan yang erat dan saling terkait satu sama lain. Pada dasarnya Perpustakaan  memiliki koleksi untuk selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Setiap koleksi tersebut memiliki manfaat yang akan membentuk karakter peserta didik memiliki identitas sendiri sesuai dengan pengalaman budaya dan perbendaharaan alamiahnya. Peserta didik sebagai satu totalitas memiliki physical environment (lingkungan alamiah, benda-benda, iklim, kekayaan material), dan social environment (manusia, kebudayaan, dan nilai-nilai agama), sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya.
C. Pengaruh Perpustakaan  terhadap Perkembangan Masyarakat
Secara garis besar pengaruh Perpustakaan  terhadap perkembangan masyarakat di lingkungannya.
  1. Mencerdaskan Kehidupan Masyarakat
Tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan masyarakat sedikit banyak dapat dikembangkan melalui pemanfaatan Perpustakaan  sebagai gudang ilmu. Berkenaan dengan kenyataan ini, secara historis tentang Perpustakaan  selalu menjadi isi dan arah dari program pendidikan. Membaca, menulis, mencari literatur, dan pengetahuan umum, merupakan kegiatan utama peserta didik di Perpustakaan , dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa.
Peran yang dimainkan oleh Perpustakaan  terutama pada jalur pendidikan di dalam intelegensi atau kecerdasan peserta didik, secara langsung bisa dipandang sebagai kontribusi lembaga pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa sebab peserta didik setelah keluar dari lembaga pendidikan akan kembali dan menjadi warga masyarakat.
Peran tersebut, pada dasarnya sangat menentukan bagi masyarakat, terutama dalam rangka menanggulangi dan memecahkan aneka ragam masalah yang dihadapi masyarakat tersebut. Tanpa kecerdasan yang memadai di kalangan warga masyarakat, sesuatu masalah atau tantangan kehidupan yang sesungguhnya sangat sederhana akan dihadapi sebagai sesuatu yang sulit dan rumit. Sebaliknya, sesuatu masalah atau tantangan kehidupan yang bagaimanapun sulit dan rumitnya, sangat mungkin dirasakan sederhana oleh para warga masyarakat yang berpendidikan dan memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.
Realitas membuktikan bahwa di dalam kehidupan masyarakat, tantangan demi tantangan selalu merambah kehidupan warganya, arus tantangan tersebut akan semakin deras dan berat seirama dengan perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.  Orientasi dan Tujuan Pendidikan
Suatu masyarakat dengan segala dinamikanya senantiasa membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan. Ini wajar karena lembaga pendidikan termasuk Perpustakaan  merupakan lembaga yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Arah program pendidikan biasanya tercermin di dalam kurikulum, dalam kenyataannya selalu terjadi perubahan-perubahan di dalam suatu jangka tertentu.[5] Adanya perubahan-perubahan tersebut tampaknya tidak bisa dielakkan sebab pertumbuhan dan perkembangan memang memunculkan orientasi-orientasi dan tujuan-tujuan yang baru. Munculnya orientasi dan tujuan baru yang berkembang di dalam masyarakat baik secara mikro, maupun makro akan berpengaruh dan menjadi perhatian lembaga pendidikan.
Sebagai bukti bahwa identitas suatu masyarakat berpengaruh terhadap program pendidikan adalah dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing negara. Setiap negara mempunyai karakteristik tersendiri di dalam orientasi dan tujuan pendidikannya. Pengaruh pertumbuhan dan perkembangan masyarakat juga terlihat dalam perubahan orientasi dan tujuan pendidikan dari suatu periode tertentu dengan periode berikutnya. Oleh karena itu, dalam realitasnya tidak pernah terdapat kurikulum pendidikan yang berlaku permanen, kurikulum akan semakin dinilai, disempurnakan, serta disesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat yang terjadi. Begitu juga perkembangan masyarakat sangat berpengaruh terhadap persoalan orientasi pada kualitas dan pemerataan yang selalu jadi tuntutan.
3.    Proses Pendidikan
Pengaruh masyarakat di bidang sosial budaya dan partisipasinya membawa pengaruh terhadap berlangsungnya proses pendidikan di lembaga pendidikan. Dalam realitas sosial budaya, masyarakat mempunyai mentalitas modern atau sebaliknya, semua berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan. Komponen-komponen manusiawi yang terdapat di lembaga pendidikan hidup dan diwarnai oleh nilai-nilai sosial budaya di lingkungan masyarakatnya.
Tujuan  pendidikan Islam di Perpustakaan mengandung pengertian, arah atau maksud yang hendak dicapai  melalui upaya atau aktivitas. Dengan adanya tujuan, semua aktivitas dan gerak manusia menjadi terarah dan bermakna. Dengan demikian, seluruh karya dan juga karsa manusia harus memiliki orientasi tertentu, sehingga sebagai pengguna Perpustakaan  mampu berjalan secara teratur dan dinamis. Secara umum, tujuan  pendidikan Islam di Perpustakaan adalah dengan mengacu pada Q.S. al-Z|a>riya>t/51: 56, yaitu menjadikan manusia sebagai insan pengabdi kepada khaliknya guna mampu membangun dunia dan membangun alam semesta sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah.
Dari sini terlihat bahwa  pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus di internalisasikan ke dalam diri individu melalui proses pendidikan. Dengan penanaman nilai ini, diharapkan pendidikan Islam mampu mengantarkan, membimbing peserta didik (mahasiswa) untuk melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Perpustakaan sebagai sarana pendidikan Islam perlu direalisasikan agar setiap pemustaka sebagai anggota kelompok masyarakat terkecil mampu menyelesaikan setiap masalah, mampu mengambil keputusan untuk hal-hal yang baik secara cepat, tepat, dan bermanfaat.
2.      Tantangan pendidikan masa depan adalah mengupayakan pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup (life long learning). Tantangan pendidikan yang terkait dengan perubahan sosial yang semakin cepat adalah tantangan yang menyangkut pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat, yang kadang-kadang juga membawa krisis nilai. Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas dan terampil, tetapi juga pribadi yang berbudi pekerti luhur.
3.      Pengaruh perpustakaan  terhadap perkembangan masyarakat adalah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, membawa pengaruh terhadap orientasi tujuan pendidikan, dan proses pendidikan.

DAFTAR BACAAN

Bochari, Mochtar. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.
Danim, Sudarwan. Pengantar Kependidikan: Landasan, teori, dan 234 Metafora Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Darmaningtyas. Pendidikan pada dan Setelah Krisis: Evaluasi Pendidikan pada Masa Krisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Cet. 3; Jakarta: Grasindo, 2006.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, 2002.
------------. Himpunan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 1991/1992.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999.
Idris, Zahara. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa, 1981.
Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M.PAN/12/2002, dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan  Nasional RI, dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 23 tahun 2003, dan No. 21 Tahun 2003. Jakarta: Perpustakaan  Nasional RI, 2003.
Joesoef, Soelaiman. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
----------, dan Slamet Santoso. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
Kasnawi, M. Tahir, dan Sulaiman Asang, Perubahan sosial, dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2009.
Lengrand. An Introduction to Life Long Education. Paris: UNESCO, 1970.
Rohmat, Mulyana. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabet, 2004.
Republik Indonesia. ”Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) No. 136/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya Jakarta: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, 2002.
----------. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.
----------. Garis-garis Besar Haluan Negara, Bab IV, Bagian Pendidikan.
----------. UUD 1945 dan Amandemennya.
Tilaar, H.A.R. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Tim Dosen FIP IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Thoha, Miftah. Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1991.
Vembriarto, St. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita, 1981.



[1]Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 2002), h. 904.
[2]Departemen Agama RI, op. cit., h. 659.
[3]Ibid., h. 793.
[4]Departemen Agama RI, op. cit., h. 375.
[5]Biasanya hal-hal yang dianggap sangat berpengaruh terhadap perubahan kurikulum adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan penduduk, dan masalah politik suatu bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar